Kembali: Berlari MenujuNya
Semua yang engkau
takuti, akan membuatmu menjauhinya
Kecuali Allah,
semakin engkau takut padaNya, semakin akan membuatmu berlari kembali menuju
padaNya.
– Lathaif Quraniyah –
Karena ada dua surga
hanya untukmu yang selalu merasa takut akan saat menghadap Tuhannya.
– Qs. Ar Rahman: 46 –
***
Madinah Al-munawarah, pada dini hari. Membran malam
perlahan tersingkap, berganti dengan subuh syahdu. Lengang berpulun dengan
udara dingin menggigit. Dan deru sahara hanya terdengar dari jauh. Cerlang
fajar sebentar lagi nampak. Shalat subuh
hampir tiba, Rasulullah Saw dan para sahabat menyemut pada satu tempat, masjid.
Semua hendak bertemu dengan yang di cinta, Allah. Namun sayang, air untuk
berwudhu tidak setetes pun tersedia. Tempat mengambil air seperti biasanya kini
kerontang.
Dan para sahabat pun
terdiam, bahkan ada beberapa yang menyesali kenapa tidak mencari air terlebih
dahulu untuk keperluan kekasih Allah itu berwudhu. Rasululllah pun bertanya
kepada para sahabat "Adakah diantara kalian membawa kantung untuk
menyimpan air?". Berebut para sahabat mengangsurkan kantung air yang
dimilikinya. Lalu, Nabi yang begitu mereka cintai itu meletakkan tangannya
diatasnya. Tidak seberapa lama, jemari manusia pilihan itu memancarkan air yang
bening. "Hai Bilal, panggil mereka untuk berwudhu" sabda nabi kepada
Bilal.
Dan para sahabat pun
tak sabar merengkuh aliran air dari jemari sang Nabi. Di basuhnya semua anggota
wudhu, ada banyak gumpalan keharuan dan pesona yang menyeruak. Bahkan Ibnu
mas'ud mereguk air tersebut sepenuh cinta.
Shalat subuh pun
berlangsung sendu, suara nabi mengalun begitu merdu. Ada banyak telinga yang
terbuai, hati yang mendesis menahan rindu. Selesai memimpin shalat, nabi duduk
menghadap para sahabat. Semua mata memandang pada satu titik yang sama, Purnama
Madinah. Dan di sana, duduk sesosok cinta bersiap memberikan hikmah, seperti
biasanya.
"Wahai manusia,
Aku ingin bertanya, siapakah yang paling mempesona imannya?" Al-Musthafa
memulai majelisnya dengan pertanyaan.
"Malaikat ya
Rasul Allah" hampir semua menjawab.
Dan nabi memandang
lekat wajah para sahabat satu persatu. Janggut para sahabat masih terlihat
basah. "Bagaimana mungkin, malaikat tidak beriman sedangkan mereka adalah
pelaksana perintah Allah."
"Para Nabi, ya
Rasul Allah" jawab sahabat serentak.
"Dan bagaimana
para Nabi tidak beriman, jika wahyu dari langit langsung turun untuk
mereka".
"Kalau begitu,
sahabat-sahabat engkau, wahai Rasulullah" pada saat menjawab ini banyak
dari sahabat yang mengucapkannya malu-malu.
"Tentu saja
para sahabat beriman kepada Allah, karena mereka menyaksikan apa yang mereka
saksikan".
Selanjutnya masjid menjadi
hening. Semua bersiap dengan lanjutan sabda nabi yang mulia. Semua menunggu,
sama seperti sebelumnya pesona sosok yang duduk ditengah-tengah mereka mampu
menarik semua pandangan laksana magnet berkekuatan maha. Dan suara kekasih
Allah itu kembali terdengar.
"Yang paling
mempesona imannya adalah kaum yang datang jauh sesudah kalian. Mereka beriman
kepadaku, meski tak pernah satu jeda mereka memandang aku. Mereka membenarkan
ku sama seperti kalian, padahal tak sedetikpun mereka pernah melihat sosok ini.
Mereka hanya menemukan tulisan, dan mereka tanpa ragu mengimaninya dengan
mengamalkan perintah dalam tulisan itu. Mereka membelaku sama seperti kalian
gigih berjuang demi aku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan para saudaraku
itu".
Semua terpekur
mendengar sabda tersebut. Kepada mereka nabi memanggil sapaan sahabat, sedang
kepada kaum yang akan datang, nabi merinduinya dengan sebutan
"saudaraku". Alangkah bahagia bisa dirindui nabi sedemikian indah,
benak para sahabat terliputi hal ini.
Dan terakhir nabi,
mengumandangkan QS Al Baqarah ayat 3: "Mereka yang beriman kepada
yang ghaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari apa yang kami
berikan kepada mereka".
Sepenggal
kisah hidup Rasulullaah saw
Dikutip
dari blog http://aniedhay.blogspot.co.id/2010/01/yang-paling-mempesona-imannya.html
***
Semoga hatimu bergemuruh juga sebagaimana hatiku
yang selalu bergemuruh tatkala mengingat kembali pengal-pengal kisah kehidupan kekasih
Rabb semesta alam yang memelihara dua timur dan dua barat, Rabb yang membuat
langit selalu berkembang bagaikan kelopak mawar hingga mencipta keseimbangan
pada bintang yang nampak dan tersembunyi.
Aku yakin tak terkecuali diriku, semua orang pernah
tergelincir dan terperosok pada jurang dosa. Terpuruk dalam keadaan merasa diri
paling hina, merasa diri sangat jauh dengan ciri-ciri manusia yang disebut
Rasulullaah sebagai manusia yang paling sempurna imannya. Namun disisi lain aku
juga yakin jauh dalam lubuk hati setiap kita (sebagai seorang muslim) memiliki
keinginan untuk tidak berlarut-larut dalam kemaksiatan dan dosa. Keterpurukan
kita bertambah ketika dosa kita nampak pada pandangan manusia, semakin mereka membuat
pelabelan terhadap diri kita pada dosa yang kita lakukan dan menjauhi kita, membuat
kita semakin merasa terpuruk dalam kesendirian. Ketika itu, yakinkan diri kita
dengan kalimat:
Laa tahzan, inna Allaha ma’ana
(Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita).
Saat kesendirian itu ingat-ingatlah nasehat ini, segeralah
mencari pertolongan, karena diri kita ketika itu memang sedang butuh
pertolongan dari tipu daya setan yang membuat kita merasa putus asa. Dan
sebaik-baik penolong adalah Allah, Rabb yang tak pernah tidur dan selalu
bersama kita. Maka larilah menuju Rabb yang yang berfirman:
“Katakanlah kepada hamba-hambaku yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Az Zumar: 53)
Maka berlarilah menuju Allah. (Qs. Adz- Dzariyat:
50)
Larilah pada ampunan Allah dengan memperbanyak berdo’a
dan beristighfar. Karena dengan istighfar, Allah akan bukakan pintu-pintu ampunan
dan solusi yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan berpikir.
Tersebab orang yang sedang berdosa itu pada
hakikatnya lemah, lemah di hadapan diri sendiri dan di depan setan karena
ketidak mampuannya menghadapi godaannya. Sehingga alangkah butuhnya orang yang
lemah ini pada Allah Dzat Yang Mahakuat agar Allah melimpahkan rahmatNya. Untuk
menghapus segala kesedihan dan kesalahan serta membentenginya dari tipu daya
setan.
Sedang pada kita yang mungkin mendapati saudara kita
sedang terperosok pada lembah dosa, jangan jauhi dan acuhkan ia. Raih tangannya
dengan nasehat hikmah, dengan kelembutan hikmah yang mampu mengetuk kesadaran
hatinya. Serta berusahalah jangan membicarakan aibnya dihadapan orang lain,
apalagi menghinanya. Karena seorang yang beriman tetapah rembulan, walau
mungkin memiliki sisi kelam yang tak ingin dia tampakkan pada siapapun. Cukuplah
bagi kita untuk memandang dan mengingat sisi cantiknya saja, yang terwujut pada
kebaikan-kebaikannya sebelum ini. Tanpa mengingat kembali sisi gelapnya.
Tersebab kita adalah hamba dari Rabb yang Maha
Pengasih lagi Maha Pengampun. Tak pantas bagi kita menghakimi seseorang sedang
Rabb yang Maha Pengasih masih membuka pintu taubatNya.
Tidak ada komentar untuk "Kembali: Berlari MenujuNya"
Posting Komentar