Rejeki itu Pastu, Kemulian Harus Dicari
Materi #7: Rejeki itu Pastu, Kemulian Harus Dicari [Kelas Martikulasi IIP Batch 5]
Disclaimer : materi yang saya tulis ini bukan milik saya. All credits dari Tim Martikulasi IIP. Saya tuliskan kembali dengan tujuan sebagai catatan pribadi dan berbagi manfaat
Alhamdulillah setelah melewati dua tahapan “Bunda Sayang”
dan “Bunda Cekatan” dalam proses pemantasan diri seorang ibu dalam
memegang amanah-Nya, kini sampailah kita pada tahapan “Bunda Produktif”.
Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses
untuk menemukan
dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan
cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR”.
Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani
hidup ini bersama keluarga dan sang buah hati.
Para Ibu di kelas Bunda Produktif memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki.
“Mungkin kita tidak tahu
dimana rejeki kita, tapi rejeki akan tahu dimana kita berada. Sang Maha Memberi
Rejeki sedang memerintahkannya untuk menuju diri kita.”
Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan
pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya, demi mengkhawatirkan apa yang sudah
dijaminnya adalah kekeliruan besar.
Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di
Ibu Profesional adalah bunda yang akan
berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu
anak dan keluarga. Semua pengalaman para
Ibu Profesional di Bunda Produktif ini, adalah bagian aktivitas amalan para
bunda untuk meningkatkan sebuah KEMULIAAN hidup.
“Karena REJEKI itu PASTI,
KEMULIAAN lah yang harus DICARI”
Apakah dengan aktifnya kita sebagai ibu di dunia produktif akan
meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga? Kalau jawabannya”
iya”, lanjutkan. Kalau jawabannya” tidak” kita perlu menguatkan pilar
“bunda sayang” dan “bunda cekatan”, sebelum masuk ke pilar ketiga yaitu “bunda
produktif”.
Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk
mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana”
dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.
Maka, Bunda
produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis
dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai
sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang
bermanfaat bagi banyak orang.
Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai
mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita. Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu
sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita. Menjadi produktif
itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya. Seorang ibu yang produktif itu agar bisa,
[1] menambah syukur,
[2] menegakkan taat
[3] berbagi manfaat.
Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah
berkuasa meletakkan sekendak-Nya Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda
Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan
sungguh-sungguh (Profesional).
Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki
adalah urusanNya. Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga, untuk
seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh sungguh dan selalu bertaqwa.
Rejeki hanya akan menempuh jalan yang halal, maka para Bunda
Produktif perlu menjaga sikap saat menjemputnya, Ketika sudah mendapatkannya
,jawab pertanyaan berikutnya “ Buat Apa?”. Karena apa yang kita berikan ke
anak-anak dan keluarga, halalnya akan dihisab dan haramnya akan diazab.
Salam Ibu Profesional
Penyusun:
Tim Matrikulasi Ibu Profesional
Tujuan:
Disampaikan di Kelas Martikulasi Institut Ibu Profesional Pekan Pertama
Referensi:
Antologi para Ibu
Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014
Ahmad Ghozali,
Cashflow Muslim, Jakarta, 2010
Materi kuliah rutin
Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015
Tidak ada komentar untuk "Rejeki itu Pastu, Kemulian Harus Dicari"
Posting Komentar